NGABUBURIT : Pelancong memetik buah melon di Agrowisata Petik Buah Melon di Tayu. |
TAYU – Bingung menghabiskan waktu untuk
mempersingkat waktu di bulan puasa, jangan berkeluh kesah, kenapa tidak dolan
saja ke Agrowisata Petik Buah Melon yang berada di Desa Dororejo RT 04/RW 02,
Kecamatan Tayu, Pati saja.
Di destinasi wisata yang baru saja di buka ini, kamu
yang beraga Islam bisa ngabuburit bersama orang terkasih anda sembari menikmati
eloknya alam ciptaan Tuhan. Uniknya, di lokasi yang sama anda bisa memetik buah
melon yang segar dan kaya akan vitamin langsung dari pohonnya.
Meski baru dibuka pada Minggu (12/5) lalu. Tetapi jangan
salah, lokasi ini sudah ramai diserbu pelancong sebagai tempat berpelesih, baik
wisatawan dari Kabupaten Pati juga dari luar daerah semisal Kabupaten Jepara
dan Kudus.
Bukan tanpa alasan, harga yang ditawarkan untuk
memasuki lokasi ini cukup murah yakni dengan Rp 7 ribu saja, kamu sudah bisa
masuk ke area perkebunan dan berhak membawa pulang 1 kilogram buah melon segar.
Seperti yang diutarakan seorang wisatawan dari Kota
Kretek, Mardini. Dia mengaku sengaja datak ke Agrowisata Petik Buah Melon, selepas
mengetahuinya di media sosial. Tidak sendiri, dia ke tempat ini bersama
keluarga kecilnya.
“Kita sengaja datang ke sini memang untuk melihat
lokasi ini, tentunya bisa memetik buah melon. Iya, tahunya dari facebook terus
kami tertarik ke sini,” beber Mardini wisatawan dari Kabupaten Kudus.
Sementara itu, pemilik kebun, Nur Cakwung mengaku, meski
baru saja di buka aliran pelancong yang mengunjungi lokasi wisata sudah
mencapai ratusan setiap harinya. Untuk memenuhi kebutuhan pelancong, dia
menyediakan sebanyak 3000 tanaman melon yang memanjang di pematang pertambakan
di desa tersebut.
"Wisata ini baru saya buka Minggu (12/5). Namun
antusias pengunjung sudah banyak. Bahkan sore hari itu, ada sekitar 100 lebih pengunjung
yang datang," katanya.
Cakwung menceritakan awalnya dia berencana untuk
menjual buah melon tersebut kepada pengepul. Namun harganya tidak sebanding
dengan hasil jerih payah yang dilakukan. Bagaimana tidak, tanaman sebanyak 3
ribu pohon tersebut hanya ditawar dengan harga Rp 12 juta.
Menurutnya, harga tersebut belum bisa menutup ongkos
produksi. Belum lagi perawanan dan lain sebagainya.
"Saya tidak mau karena itu di luar dari
perkiraan saya. Kemudian saya berpikir, lebih baik kebun ini saya buka untuk
umum, dan para pengunjung bebas untuk membeli dan mengetik sendiri buah melon
itu," bebernya.
Tanpa berpikir panjang, kemudian dia memanfaatkan
media sosial Facebook untuk promosi wisata petik buah melon tersebut. Dari
pantauan yang dilakukan, ternyata respon masyarakat cukup banyak.
"Kalau melon yang diambil lebih dari 2 kilogram,
biasanya saya kasih bonus mentimun. Jadi, mereka juga saya suruh ambil mentimun
di kebun. Kan lahannya berjejeran dengan tanaman melon," ungkapnya.
Dari inisiatif yang dilakukan itu, Nur Cakwung
justru mendapatkan banyak keuntungan. Sebab, apabila harga melon dari petani
hanya Rp 4000 per kilo, dia justru bisa menjual seharga Rp 7000 per kilo plus
tiket masuk kebun. (*)