Agrowisata Petik Melon “Musibah Berbuah Berkah” Bulan Ramadhan

Agrowisata Petik Melon “Musibah Berbuah Berkah” Bulan Ramadhan

Selasa, 14 Mei 2019, Mei 14, 2019
NGABUBURIT : Pelancong memetik buah melon di Agrowisata Petik Buah Melon di Tayu.


TAYU – Bingung menghabiskan waktu untuk mempersingkat waktu di bulan puasa, jangan berkeluh kesah, kenapa tidak dolan saja ke Agrowisata Petik Buah Melon yang berada di Desa Dororejo RT 04/RW 02, Kecamatan Tayu, Pati saja.

Di destinasi wisata yang baru saja di buka ini, kamu yang beraga Islam bisa ngabuburit bersama orang terkasih anda sembari menikmati eloknya alam ciptaan Tuhan. Uniknya, di lokasi yang sama anda bisa memetik buah melon yang segar dan kaya akan vitamin langsung dari pohonnya.

Meski baru dibuka pada Minggu (12/5) lalu. Tetapi jangan salah, lokasi ini sudah ramai diserbu pelancong sebagai tempat berpelesih, baik wisatawan dari Kabupaten Pati juga dari luar daerah semisal Kabupaten Jepara dan Kudus.

Bukan tanpa alasan, harga yang ditawarkan untuk memasuki lokasi ini cukup murah yakni dengan Rp 7 ribu saja, kamu sudah bisa masuk ke area perkebunan dan berhak membawa pulang 1 kilogram buah melon segar.

Seperti yang diutarakan seorang wisatawan dari Kota Kretek, Mardini. Dia mengaku sengaja datak ke Agrowisata Petik Buah Melon, selepas mengetahuinya di media sosial. Tidak sendiri, dia ke tempat ini bersama keluarga kecilnya.

“Kita sengaja datang ke sini memang untuk melihat lokasi ini, tentunya bisa memetik buah melon. Iya, tahunya dari facebook terus kami tertarik ke sini,” beber Mardini wisatawan dari Kabupaten Kudus.

Sementara itu, pemilik kebun, Nur Cakwung mengaku, meski baru saja di buka aliran pelancong yang mengunjungi lokasi wisata sudah mencapai ratusan setiap harinya. Untuk memenuhi kebutuhan pelancong, dia menyediakan sebanyak 3000 tanaman melon yang memanjang di pematang pertambakan di desa tersebut.

"Wisata ini baru saya buka Minggu (12/5). Namun antusias pengunjung sudah banyak. Bahkan sore hari itu, ada sekitar 100 lebih pengunjung yang datang," katanya.

Cakwung menceritakan awalnya dia berencana untuk menjual buah melon tersebut kepada pengepul. Namun harganya tidak sebanding dengan hasil jerih payah yang dilakukan. Bagaimana tidak, tanaman sebanyak 3 ribu pohon tersebut hanya ditawar dengan harga Rp 12 juta.

Menurutnya, harga tersebut belum bisa menutup ongkos produksi. Belum lagi perawanan dan lain sebagainya.

"Saya tidak mau karena itu di luar dari perkiraan saya. Kemudian saya berpikir, lebih baik kebun ini saya buka untuk umum, dan para pengunjung bebas untuk membeli dan mengetik sendiri buah melon itu," bebernya.

Tanpa berpikir panjang, kemudian dia memanfaatkan media sosial Facebook untuk promosi wisata petik buah melon tersebut. Dari pantauan yang dilakukan, ternyata respon masyarakat cukup banyak.

"Kalau melon yang diambil lebih dari 2 kilogram, biasanya saya kasih bonus mentimun. Jadi, mereka juga saya suruh ambil mentimun di kebun. Kan lahannya berjejeran dengan tanaman melon," ungkapnya.

Dari inisiatif yang dilakukan itu, Nur Cakwung justru mendapatkan banyak keuntungan. Sebab, apabila harga melon dari petani hanya Rp 4000 per kilo, dia justru bisa menjual seharga Rp 7000 per kilo plus tiket masuk kebun. (*)

TerPopuler