![]() |
MENGARAK : Warga mengarak sesaji yang hendak dilarung ke muara Laut Utara. |
TAYU – Lomban Kupatan Tayu turut Desa Sambiroto,
Kecamatan Tayu, Pati, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan domestik. Lantaran
selain bisa melihat kearifan lokal yang dikemas apik, pelancong juga bisa
menyewa kapal untuk menikmati pemandangan di sekitar lokasi.
Terlepas dari serunya melihat keramaian pada tradisi
ini, ternyata ada filosofi unik terkait prosesi larung sesaji di lokasi ini
karena yang dilarung ke muara Laut Utara tidak hanya kepala kerbau saja, tetapi
juga kepala kambing dan ayam putih mulus.
“Tradisi larung sesaji sendiri sudah berlangsung
sejak 1950-an silam. Yang memulai adalah Bapak Wedono yang merupakan salah satu
nelayan di desa ini,” beber Kepala Desa Sambiroto, Sulistiono selepas ritual,
Kamis (13/6).
Awalnya, Wedono dulu menyembelih kerbau setiap
lebaran ketupat. Kepala dan kaki kerbau dilarungkan ke muara laut sebagai bentu
rasa syukur atas kekayaan laut yang sudah diberikan. Imbuhnya, "Mulai saat
itu, kemudian warga selanjutnya melestarikan dan mempertahankan tradisi larung
tersebut hingga saat ini."
Ritual ini memiliki filosofi yakni sebagai bentuk
rasa syukur para nelayan. Selain itu juga sebagai simbol inti dari kehidupan
manusia. Dengan melarung kepala kerbau itu ke laut, filosofinya membersihkan
inti kehidupan manusia dengan air bumi yang suci.
"Ritual larung sesaji ini merupakan simbol
menyatunya alam semesta dengan manusia. Sebagai sarana memuji syukur pada semua
bentuk Kekuasaan Tuhan," jelasnya.
Sementara mitosnya sendiri, konon apabila larung
sesaji ini tidak dilakukan oleh warga setempat, maka akan terjadi marabahaya.
Bisa saja saat nelayan melaut, mereka tidak membawa pulang.
"Kalaupun tidak berdampak secara langsung ke
nelayan, biasanya malah berdampak ke kepala desa. Maka kami selalu mengadakan
larung ini," tandasnya.
Dalam lomban tersebut, warga Sambiroto mengarak
kepala kerbau untuk nantinya di larung di muara sungai Tayu. Ada juga karnaval
yang menghadirkan beberapa drum band.
Tepat di depan kepala kerbau, ada barongan yang
secara berjalan mengawal kepala tersebut. Perjalanan dimulai dari Kantor Balai
Desa Sambiroto hingga ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Sambiroto.
Sesampainya di TPI, Kepala kerbau kemudian diangkat
dan dilarungkan di tengah laut, diikuti dengan puluhan warga yang juga turut
mengawal. (*)