![]() |
SESAK : Masyarakat seantero eks-Karesidenan Pati berebut makanan dalam sedekah bumi Lahar. |
TLOGOWUNGU – Berbicara mengenai budaya di Bumi
Mina Tani memang tidak ada habisnya, misalnya saja tradisi sedekah bumi. Bahkan,
hampir seluruh Desa di Kabupaten Pati melaksanakan kegiatan tahunan tersebut.
Tak terkecuali masyarakat Desa Lahar, Kecamatan
Tlogowungu, Pati yang juga menyelenggarakan sedekah bumi sebagai wujud
syukur kepada Tuhan. Namun sebagian orang yang rasional tradisi seperti ini
masih dikaitkan dengan mitos, hal yang berbau mistis karena juga bersinggungan
dengan alam gaib.
“Sedekah bumi di Desa Lahar dilaksanakan setiap hari
Kamis Pahing di bulan Apit (Dzulqo’dah -red) yang pada tahun ini bertepatan
pada Kamis. Sedekah bumi adalah bentuk rasa syukur terhadap Allah yang telah
memberikan hasil bumi yang cukup melimpah. Sehingga, kami sudah sepatutnya
untuk bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah,” ujar
Setiawan Budhiaji, Kepala Desa Lahar, Kamis (11/7).
Prosesi sedekah Bumi Desa Lahar dilaksanakan mulai
pukul 11.30 WIB, yaitu para perangkat desa mengelilingi rumah peninggalan
leluhur desa yang orang sekitar menyebutnya “Danyang”.
Lokasinya, berada di tengah pasar Desa Lahar. Rumah
peninggalan leluhur desa ini lebih dikenal dengan “punden”. Pada Prosesi itu,
Kepala Desa beserta staf melakukan ritual adat yaitu mengelilingi punden.
Setelah ritual selesai dilanjutkan dengan do’a atau bancakan. Dalam panjatan
do’a, sesepuh bersyukur atas limpahan karunia dari Sang Pencipta dan memohon
agar masyarakat Desa Lahar diberi kedamaian serta kesejahteraan. Setelah
selesai memanjatkan do’a, puluhan warga dari berbagai daerah berebut nasi yang
di bungkus anyaman bambu yang masyarakat sekitar menyebutnya “Tlandik/kreneng”.
Sementara itu, Fian salah satu pengunjung asal Desa
Mojoagung, Kecamatan Trangkil, Pati mengatakan, nasi yang diperoleh dari
tradisi sedekah bumi dipercaya mempunyai daya magis tersendiri dalam berbagai
hal. Dari situ, dirinya bersama beberapa warga lainnya rela berebut nasi berkat
tersebut untuk dibawa pulang.
“Nasi (Berkat) dari acara sedekah bumi ini saya jual
lagi mas nantinya. Bisa mencapai Rp30.000 per tlandik. Bukan untuk dimakan,
tetapi nasi dikeringkan dan nantinya di sebar di laut untuk mencari ikan. Kami
percaya hasil tangkapan akan semakin banyak. Selain itu juga bisa di sebar di
tambak atau sawah,” ungkap Fian. [Fadil]