Berebut Berkah Sedekah Bumi Desa Lahar

Berebut Berkah Sedekah Bumi Desa Lahar

Kamis, 11 Juli 2019, Juli 11, 2019
SESAK : Masyarakat seantero eks-Karesidenan Pati berebut makanan dalam sedekah bumi Lahar.


TLOGOWUNGU  – Berbicara mengenai budaya di Bumi Mina Tani memang tidak ada habisnya, misalnya saja tradisi sedekah bumi. Bahkan, hampir seluruh Desa di Kabupaten Pati melaksanakan kegiatan tahunan tersebut.

Tak terkecuali masyarakat Desa Lahar, Kecamatan Tlogowungu, Pati yang juga menyelenggarakan sedekah bumi sebagai wujud syukur kepada Tuhan. Namun sebagian orang yang rasional tradisi seperti ini masih dikaitkan dengan mitos, hal yang berbau mistis karena juga bersinggungan dengan alam gaib.

“Sedekah bumi di Desa Lahar dilaksanakan setiap hari Kamis Pahing di bulan Apit (Dzulqo’dah -red) yang pada tahun ini bertepatan pada Kamis. Sedekah bumi adalah bentuk rasa syukur terhadap Allah yang telah memberikan hasil bumi yang cukup melimpah. Sehingga, kami sudah sepatutnya untuk bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah,” ujar Setiawan Budhiaji, Kepala Desa Lahar, Kamis (11/7).

Prosesi sedekah Bumi Desa Lahar dilaksanakan mulai pukul 11.30 WIB, yaitu para perangkat desa mengelilingi rumah peninggalan leluhur desa yang orang sekitar menyebutnya “Danyang”.

Lokasinya, berada di tengah pasar Desa Lahar. Rumah peninggalan leluhur desa ini lebih dikenal dengan “punden”. Pada Prosesi itu, Kepala Desa beserta staf melakukan ritual adat yaitu mengelilingi punden. Setelah ritual selesai dilanjutkan dengan do’a atau bancakan. Dalam panjatan do’a, sesepuh bersyukur atas limpahan karunia dari Sang Pencipta dan memohon agar masyarakat Desa Lahar diberi kedamaian serta kesejahteraan. Setelah selesai memanjatkan do’a, puluhan warga dari berbagai daerah berebut nasi yang di bungkus anyaman bambu yang masyarakat sekitar menyebutnya “Tlandik/kreneng”.

Sementara itu, Fian salah satu pengunjung asal Desa Mojoagung, Kecamatan Trangkil, Pati mengatakan, nasi yang diperoleh dari tradisi sedekah bumi dipercaya mempunyai daya magis tersendiri dalam berbagai hal. Dari situ, dirinya bersama beberapa warga lainnya rela berebut nasi berkat tersebut untuk dibawa pulang.

“Nasi (Berkat) dari acara sedekah bumi ini saya jual lagi mas nantinya. Bisa mencapai Rp30.000 per tlandik. Bukan untuk dimakan, tetapi nasi dikeringkan dan nantinya di sebar di laut untuk mencari ikan. Kami percaya hasil tangkapan akan semakin banyak. Selain itu juga bisa di sebar di tambak atau sawah,” ungkap Fian. [Fadil]

TerPopuler