BICARA : Ketua JIAD Gus Aan, Dosen Unwahas Semarang Ali Romdhoni saat memimpin arah jagong. |
SUKOLILO – Abdurahman Wahid sosok yang pernah
manggung menjadi Presiden RI yang ke empat dan ditasbih sebagai bapak
pluralisme, masih lekat di benak setiap orang di nusantara. Banyak nilai utama
yang dapat diambil dan dipelajari dari pria yang karib dipanggil Gus Dur ini,
kaitannya untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berkiblat pada sosok kharismatik ini, Gusdurian Desa
Prawoto, Ikatan Mahasiswa Prawoto Semarang, MA Sunan Prawoto dan sejumlah
elemen masyarakat pun menggelar jagong bareng bertajuk Sembilan Nilai Utama Gus
Dur di Gedung Serba Guna Prawoto, Kecamatan Sukolilo, Pati, Minggu (21/7) malam
lalu.
Gus Aan Anshori Ketua Jaringan Islam Anti
Diskriminasi (JIAD) dan Ali Romdhoni dosen Unwahas Semarang didapuk sebagai
pembicara dalam jagong dan ngopi bareng yang digelar secara sederhana, tetapi
penuh makna itu.
Gus Aan sendiri menyebut jika setidaknya ada
sembilan nilai utama Gus Dur yang menjadikannya sebagai tokoh besar. Di antaranya
yakni ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, kesederhanaan,
persaudaraan, keksatriaan, dan kearifan lokalnya.
“Gus Dur selalu melihat manusia itu pada dasarnya
itu baik. Kalaupun ada hal yang kurang pas itu pun diakuinya karena tengah
berproses menuju baik. Sehingga tidak ada alasan untuk tidak memanusiakannya,” ungkapnya
memecah kesunyian.
Di lokasi yang sama, Ali Romdhoni dalam paparannya
menyebut, jika sosok Gus Dur sangat penting untuk dipelajari terkait, bagaimana
sikapnya mampu memanusiakan manusia. Dalam pandangannya, dia melihat Gus Dur memiliki
empat hal yang selalu dilakukan, sehingga bisa mendapat hati di hampir seluruh
warga Indonesia.
“Gus Dur itu orang yang selalu datang ke berbagai
tempat di hampir seluruh Indonesia. Di Desa Prawoto sendiri ada yang menyebut
telah dua kali. Kedatangannya itu tentu selalu dibarengi dengan dialog dan
bertukar pikiran,” terangnya.
KHIDMAT : Suasana jagong bareng di Desa Prawoto, Kecamatan Sukolilo, Pati. |
Dari situlah Gus Dur melihat banyak dan merasakan
kondisi yang ada di daerah-daerah. Sebaliknya warga yang ada di daerah merasa
sangat dekat dengan Gus Dur. Uniknya apa yang didapatkannya dari warga,
termasuk gagasannya, akan ditularkan ke siapapun yang ada di dekatnya.
Beber Ali, “Tak hanya lewat diskusi tapi banyak
lewat buku-bukunya. Ini lah yang mungkin menjadikannya menjadi orang yang bisa
memanusiakan manusia. Gus Dur mampu merangkul semua elemen bangsa dan dengan
sekuat tenaga membela hak mereka terutama kelompok minoritas.”
Bahkan dia menyebut jika Gus Dur mampu meyakinkan
masyarakat jika Indonesia bisa menjadi rumah bersama. Termasuk yang berbeda.
Saefudin, ketua Gusdurian Prawoto menyebut kegiatan
tersebut sengaja digelar untuk dapat mempelajari nilai luhur yang pernah
diajarkan oleh Gus Dur. Mereka berharap warga masyarakat khususnya anak muda
sekarang ini bisa mengambil hikmah dari sikap hidup bapak bangsa.
“Hal tersebut menginspirasi kami. Salah satu yang
kami suka meski politik itu penting. Namun kemanusiaan jauh lebih penting dari
politik itu sendiri. Diskusi seperti ini kami rencanakan digelar secara rutin,”
imbuhnya. [Fadil]