DANGKAL : Sungai Juwana nampak mengalami penyurutan. |
JUWANA – Takut lahan pertaniannya menjadi puso pada
musim kemarau ini, sejumlah petani melakukan pengerukan Sungai Silugonggo
Juwana secara mandiri. Langkah ini ditempuh, lantaran debit air di sungai
tersebut semakin hari kian menurun. Bahkan beberapa pekan ini, aliran airnya
berkurang cukup drastis.
Kondisi pendangkalan itu sendiri dikhawatirkan
semakin membuat debit air di sungai Juwana tersebut semakin berkurang. Warga
yang resah itupun akhirnya melakukan pengerukan sungai secara mandiri.
Mereka memanfaatkan debit yang minim ini untuk
melakukan pengerukan. Warga yang tergabung dalam paguyuban Perkumpulan Petani
Pemakai Air (P3A) genangan Sungai Silugonggo secara swadaya mendatangkan alat
berat untuk pengerukan. Meskipun untuk hal tersebut harus merogoh gocek hingga
puluhan juta rupiah.
Kamelan, ketua P3A Jambean Kidul sekaligus
sekretaris paguyuban P3A genangan Sungai Silugonggo mengatakan, langkah itu
terpaksa dilakukan agar dapat menyelamatkan sedikitnya 300-an hektare lahan
pertanian padi.
Jelasnya, “Saat ini membutuhkan pasokan air karena
umur padi berkisar antara 15 hingga 60 hari. Kalau tidak segera mendapatkan
pasokan air kami khawatir akan puso.”
Padahal jika sampai puso maka para petani terancam
mengalami kerugian yang cukup besar. Bahkan untuk setiap hektare potensi
kerugiannya ditaksir bisa mencapai Rp 35 juta.
Dalam pengerukan mandiri tersebut, mereka
menargetkan dapat melakukan sepanjang 1200an meter. Yakni di Sungai Juwana
turut Desa Jambean Kidul, Kecamatan Margorejo, Desa Wuwur dan Desa Karaban,
Kecamatan Gabus.
“Kami perkirakan untuk pengerukan ini bisa menelan anggaran
Rp 15 juta hingga Rp 20 juta. Namun harus tetap kami lakukan untuk
menyelamatkan tanaman padi,” bebernya.
Oleh karena itu dirinya berharap, agar pihak terkait
dapat melakukan pengerukan ataupun normalisasi sungai Juwana secara menyeluruh
dan tidak hanya di bagian hilir saja. Bahkan diharapkan bisa dilakukan secara
berkala dalam jangka pendek. “Inginnya normalisasi sungai di laksanakan berkala
seperti dua sampai tiga tahun sekali,” harapnya. [Fadil]