Sungai Juwana Surut, Petani Takut Puso

Sungai Juwana Surut, Petani Takut Puso

Rabu, 17 Juli 2019, Juli 17, 2019
DANGKAL : Sungai Juwana nampak mengalami penyurutan.


JUWANA – Takut lahan pertaniannya menjadi puso pada musim kemarau ini, sejumlah petani melakukan pengerukan Sungai Silugonggo Juwana secara mandiri. Langkah ini ditempuh, lantaran debit air di sungai tersebut semakin hari kian menurun. Bahkan beberapa pekan ini, aliran airnya berkurang cukup drastis.

Kondisi pendangkalan itu sendiri dikhawatirkan semakin membuat debit air di sungai Juwana tersebut semakin berkurang. Warga yang resah itupun akhirnya melakukan pengerukan sungai secara mandiri.

Mereka memanfaatkan debit yang minim ini untuk melakukan pengerukan. Warga yang tergabung dalam paguyuban Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) genangan Sungai Silugonggo secara swadaya mendatangkan alat berat untuk pengerukan. Meskipun untuk hal tersebut harus merogoh gocek hingga puluhan juta rupiah.

Kamelan, ketua P3A Jambean Kidul sekaligus sekretaris paguyuban P3A genangan Sungai Silugonggo mengatakan, langkah itu terpaksa dilakukan agar dapat menyelamatkan sedikitnya 300-an hektare lahan pertanian padi.

Jelasnya, “Saat ini membutuhkan pasokan air karena umur padi berkisar antara 15 hingga 60 hari. Kalau tidak segera mendapatkan pasokan air kami khawatir akan puso.”

Padahal jika sampai puso maka para petani terancam mengalami kerugian yang cukup besar. Bahkan untuk setiap hektare potensi kerugiannya ditaksir bisa mencapai Rp 35 juta.

Dalam pengerukan mandiri tersebut, mereka menargetkan dapat melakukan sepanjang 1200an meter. Yakni di Sungai Juwana turut Desa Jambean Kidul, Kecamatan Margorejo, Desa Wuwur dan Desa Karaban, Kecamatan Gabus.

“Kami perkirakan untuk pengerukan ini bisa menelan anggaran Rp 15 juta hingga Rp 20 juta. Namun harus tetap kami lakukan untuk menyelamatkan tanaman padi,” bebernya.

Oleh karena itu dirinya berharap, agar pihak terkait dapat melakukan pengerukan ataupun normalisasi sungai Juwana secara menyeluruh dan tidak hanya di bagian hilir saja. Bahkan diharapkan bisa dilakukan secara berkala dalam jangka pendek. “Inginnya normalisasi sungai di laksanakan berkala seperti dua sampai tiga tahun sekali,” harapnya. [Fadil]

TerPopuler