Tingkatkan Ekonomi Warga Melalui Tepung Mocaf

Tingkatkan Ekonomi Warga Melalui Tepung Mocaf

Rabu, 17 Juli 2019, Juli 17, 2019
IRIS : Ibu-ibu dari Sidomukti sedang mempraktekan pembuatan tepung mocaf.

MARGOYOSO – Melimpahnya hasil pertanian dan perkebunan di Bumi Mina Tani, selayaknya dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh masyarakat untuk meningkatkan produksi pangan yang kemudian dapat mensejahterakan kehidupan ekonomi.

Jika Kecamatan Margoyoso dikenal luas sebagai salah satu sentra produsen tepung tapioka di Pati. Berbeda dengan apa yang dilakukan warga Sidomukti, Kecamatan Margoyoso. Mereka mengolah singkong sedemikian rupa, hingga menjadi tepung Modified Cassava Flour (Mocaf) yang bernilai ekonomi tinggi.

Harga mocaf di pasaran terbilang cukup tinggi, yakni diangka Rp 20 ribu perkilogram. Namun di tingkat produsen, biasanya dijual seharga Rp 10 ribu perkilogramnya. Untuk rasanya sendiri, tepung mocaf hampir setara dengan rasa beras jika diolah.

Jangan salah, di setiap butiran tepung mocaf terkandung karbohidrat, protein dan mineral. Sehingga, olahan singkong ini juga dapat menjadi bahan pangan pokok alternatif selain beras, dilihat dari kandungan yang dimilikinya.

“Selain prosesnya yang tidak membutuhkan banyak peralatan, biaya produksinya pun bisa ditekan seminimal mungkin. Ditambah lagi, harga mocaf di pasaran juga terbilang tinggi. Tentu hal itu akan sangat bermanfaat bagi industri rumahan, apalagi di Pati ini kan ketela sebagai bahan utama mocaf mudah didapat,” beber  Ketua Tim Pengabdian Masyarakat dari Unnes, Eva Banowati.

Dengan menggaet warga Sidomukti dalam pelatihan pembuatan mocaf. Diharapkan mampu menambah penghasilan dan membuat peserta pelatihan yang didominasi ibu-ibu ini lebih sejahtera.

"Mocaf ini adalah dibuat dari ketela pohon, bahkan dasarnya sama dengan tepung tapioka,” lanjutnya, “Namun pengolahan mocaf tidak ada sedikitpun dari ketela tersebut yang tersisa. Bahkan, limbahnya bisa dimanfaatkan sebagai pupuk cair."
MELIMPAH : Singkong sebagai bahan dasar mocaf melimpah di Bumi Mina Tani.
Dikesempatan itu, Banowati tak sungkan membeberkan proses pembuatan tepung mocaf tersebut, umbi ketela pohon dikupas terlebih dahulu untuk selanjutnya di diiris tipis. Selepas itu, singkong yang telah diiris kecil dan tipis direndam kedalam air selama 12 jam lamanya.

Jelasnya, “Untuk hasil yang maksimal, lebih lama perendaman akan lebih baik. Dan untuk mempercepat prosesnya, bisa menggunakan cairan atau enzim yang bisa dicampurkan ke dalam air rendaman.”

Kemudian tiriskan ketela dan dikeringkan di bawah terik matahari, anda bisa menggunakan tampah dari anyaman bambu sebagai wadah. Proses ini mutlak dilakukan supaya sisa air yang masih menempel di ketela, bisa sepenuhnya bersih dan kering.

"Kalau sudah kering, ketela itu kemudian dihaluskan. Ketika sudah halus itulah yang namanya mocaf. Satu kilogram ketela pohon bisa menjadi 3 gram mocaf," terangnya.

Tidak hanya memberikan pelatihan proses pembuatan tepung mocaf, Banowati turut memberikan gambaran atau analisis pasar terhadap penjualan produk dari singkong ini. Menurutnya, harga mocaf di pasaran terbilang cukup tinggi, yakni hingg Rp 20 ribu per kilo gram. Tetapi di tingkat produsen, biasanya dijual seharga Rp 10 Ribu per kilogram.

"Kebutuhan mocaf sebagai pangan alternatif sendiri masih sangat dibutuhkan. Bahkan permintaan juga sangat banyak,” sebut Banowati, “Kalau warga Sidomukti bisa membuat mocaf ini, tentunya akan mampu menumbuh kembangkan perekonomian mereka." [Fadil]

TerPopuler