![]() |
ILUSTRASI : Lahan pertanian terimbas puso. |
KOTA – Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertanak) Pati
menyebutkan sebanyak 1700-an hektare lahan pertanian, terimbas kekeringan pada
musim kemarau tahun ini. Petani pun harus merelakan tanaman padinya mengering
dan gagal panen pada musim tanam (MT) II.
“Persawahan mereka kering karena tidak ada air irigasi
yang mengaliri sawah. Sementara paling banyak yang puso ada di Gabus dan
Margorejo,” jelas Kepala Dispertanak Pati, Muchtar Efendi, Kamis (1/8) siang,
saat ditemui awak media di kantornya.
Perlu menjadi catatan, ribuan hektare lahan
pertanian ini kering saat tanaman padi berumur 40 – 60 hari pada musim tanam kali
ini. Kata Muchtar, “Kalau tidak ada irigasi, tentu tanaman yang baru berusia
40-60 hari itu bisa mati. Kalau tanaman mati, tentu kerugiaan yang akan
ditanggung petani juga banyak, ditaksir 13 miliar rupiah.”
![]() |
UNGKAP : Kepala Dispertarnak Pati, Muchtar Efendi saat ditemui awak media. |
Selama ini, para petani mengandalkan aliran air
irigasi dari Bendungan Logung. Mengigat, aliran irigasi dari Waduk Kedung Ombo
sudah ditutup beberapa hari lalu, karena menipisnya debit air.
"Waduk Kedung Ombo, Seloromo dan Rowo sudah
tidak bisa mengalirkan air. Mutlak yang bisa menyelamatkan tanaman petani hanya
irigasi dari Bendungan Logung saja," papar Muchtar.
Masih Muchtar, untuk irigasi dari Bendungan Logung
hingga ke areal persawahan petani Margorejo dan Gabus, tentunya membutuhkan
pengawasan maksimal. Karena, alurnya melewati beberepa areal persawahan lain.
"Hal ini telah kami koordinasikan dengan Balai
Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana Semarang, agar berkenan untuk membuka
air di Bendungan Logung untuk irigasi pertanian," tuturnya. [Fadil]