SAPA : Bupati Pati Haryanto menyapa warganya saat mengikuti prosesi boyongan. |
KOTA – Hari Jadi ke 696 Kabupaten Pati
berlangsung megah, ribuan peserta kirab boyongan nampak mewarnai sepanjang
jalan yang bermula dari Pendopo Pasentenan Kemiri, Desa Kemiri hingga bermuara di
Pendopo Kabupaten Pati (dulu Pendopo Kaborongan), Rabu (7/8) siang.
Apalagi, proses boyongan dan kirab budaya di Bumi
Minat Tani, hanya digelar setiap lima tahun sekali. Wajar saja, kirab yang
menghadirkan peserta dari berbagai daerah di Jawa Tengah ini, menjadi magnet
bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.
Dalam kirab ini, pusaka Keris Rambut Pinutung dan Kuluk
Kanigoro diarak menggunakan tandu khusus. Bupati Pati Haryanto beserta Wakilnya
Saiful Arifin, seluruh OPD dan para camat mengikuti dua pusaka ini dari Pendopo
Kemiri menuju Pendopo Kabupaten dengan menggunakan kereta khusus dari
Surakarta.
Prosesi ini menandakan boyongan atau pindahan pusat
pemerintahan Kabupaten Pati dari Kemiri ke Kaborongan, ratusan tahun silam.
Proses perpindahan pusat pemerintahan inilah yang diabadikan sebagai Hari Jadi
Kabupaten Pati.
Dalam kesempatan ini, Bupati Pati, Haryanto
mengucapkan, syukur karena agenda yang telah dipersiapkan beberapa bulan lalu
telah terlaksana dengan baik. "Alhamdulillah boyongan ini berjalan lancar.
Ini wujud kesungguhan dari panitia penyelenggara," tuturnya.
PADAT : Kirab boyongan yang hanya berlangsung lima tahun sekali. |
Dia menyebut jika kirab boyongan, salah satu bentuk
promosi wisata Pati, terlebih di Kabupaten ini memiliki ragam budaya, kuliner
dan destinasi wisata, baik wisata alam, edukasi maupun religi.
"Mudah-mudahan apa yang telah kita lakukan bersama pak wakil, pak sekda,
forkopimda dan seluruh masyarakat telah terlaksana," katanya.
Dalam pagelaran bertajuk “Nyawiji Mbangun Pati Kang
Mukti” Bupati berharap Kabupaten Pati kedepannya mencapai “Ke-mukti-an”. Selain
itu, masyarakat Pati secara bersama-sama dengan asas “guyub rukun” membangun segala
sektor.
"Jangan cari negatifnya tapi positifnya.
Kekurantan pasti ada. Tapi kami akan mencoba menbenahi kekurangan. Memaknai
mukti, kita memberikan kesejahteraan kepada masyarakat," imbuhnya.
Terpisah, Ahmad (30) warga Desa/Kecamatan
Wedarijaksa mengaku rela datang pagi buta untuk melihat prosesi kirab budaya
tersebut. Bukan tanpa alasan, dia meyakini bila mendapatkan bunga yang
terpasang di kereta yang dipakai bupati akan membawa keberkahan.
“Saya bela-belain datang jam 06.30 WIB dari rumah,
biar bisa melihat semua prosesinya dari Kemiri hingga di sini. Tadi sudah ambil
bunga dari kereta dari Surakarta, gak banyak secukupnya saja untuk syarat, ya
keberkahan,” terang pria satu anak itu. [Fadil]