![]() |
HAMPARAN : Oksa menunjukkan lahan persawahan yang terdampak puso di Desa Banjarsari. |
GABUS – Tidak
adanya lagi pasokan air dari saluran irigasi, puluhan hektare lahan persawahan
di Desa Banjarsari, Kecamatan Gabus, Pati, terancam puso pada musim tanam kali
ini. Tidak hanya itu, Sungai Silugonggo sebagai pengairan alternatif juga
terintrusi dengan air laut, sehingga tidak dapat dipakai.
Sedikitnya 29 hektare lahan pertanian yang terancam
gagal panen. Dengan tingkat kerugian perhektarenya Rp 25 juta. Ihwal tersebut
diungkapkan Kepala Desa Banjarsari, Edi Margiyono, Jumat (6/9) pagi.
"Itu sudah tidak bisa diselamatkan. Karena
sudah tidak ada air untuk irigasi. Kalau mengandalkan dari waduk yang ada di
Kedung Ombo, airnya tidak sampai ke daerah kami, sudah habis digunakan yang
bagian atas," lanjutnya, “Kerugian perhektarenya Rp 25 juta, kalau ditotal
semuanya diperkirakan ya Rp 2,3 miliar.”
Selain itu, masa panen padi juga masih menunggu
hingga 2 bulan kedepan. Tentunya, apabila tidak ada pasokan air, tanaman padi
akan menguning kemudian mati. Terlebih kondisi tanahnya juga sudah mulai retak.
Bahkan, sejumlah petani telah menjual tumbuhan
padinya dalam bentuk jerami, hal ini dilakukan untuk menghindari kerugian yang
lebih besar. Jelasnya, "Sudah ada yang di jual dalam bentuk jerami.
Mungkin dari pada nantinya tidak dapat untung, lebih baik kan begitu.’
Dirinya berharap agar pemerintah daerah (Pemda) juga
memperhatikan kekeringan yang melanda di wilayah Gabus tersebut. Sebab, para
petani sudah melakukan berbagai upaya untuk mengaliri sawah.
"Setidaknya ada upaya lah yang dilakukan oleh
pemkab. Apalagi di desa kami ini salah satu penyuplai pangan. Kalau kondisi
setiap tahunnya seperti ini terus, kan kasihan para petani," harapnya.
[Fadil]