![]() |
ILUSTRASI |
KOTA – Mantan Ketua Komisi C DPRD Pati, Awi mengatakan,
keluhan masyarakat terkait pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) RAA
Soewondo Pati, sudah berlangsung sejak lama. Bahkan dirinya mengaku pernah
mengalami hal tak mengenakkan di rumah sakit yang berstatus Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) itu.
“Rumah sakit pemerintah, apalagi yang menyandang
akreditasi paripurna dan berpredikat bintang lima harus mengedepankan pelayanan
prima dan berorientasi pada keselamatan pasien. Meski berstatus BLUD, RSUD itu
bukan perusahaan,” terang Awi, Rabu (2/10) siang.
Dia menjelaskan, status BLUD memberi keleluasaan
RSUD menerapkan praktik bisnis sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat. Keleluasaan tersebut, bukan untuk mencari keuntungan, tetapi justru
untuk mendukung fungsi sosialnya, yakni pelayanan kepada masyarakat yang lebih
baik.
"Pernah saya marah di RSUD saat mengantar
mertua berobat. Kami sudah antre sejak pagi, tetapi dokter di Poli Penyakit
Dalam, tidak datang-datang. Padahal saat itu yang antre sudah banyak," papar
politisi asal Desa Raci, Kecamatan Batangan, Pati itu.
Saat itu, dia pun berinisiatif untuk menyampaikan
apa yang dialaminya kepada direktur RSUD. Tak lama setelah itu, pelayanan pun
dimulai. Dari kondisi tersebut, Awi mengetahui persis betapa repotnya berobat
di sana.
“Mungkin saja kalau tidak saya komplain saat itu,
maka pelayanan akan semaunya," jelasnya.
Dia berharap, perubahan dilakukan RSUD yang selama
ini kerap mendapat komplain karena pelayanannya. Mengingat, kesehatan
masyarakat merupakan bagian dari urusan negara yang dilaksanakan melalui tempat
layanan kesehatan, baik rumah sakit maupun Puskesmas.
"Kalau masih ada kabar, bahwa warga miskin
kesulitan mendapatkan akses pelayanan di rumah sakit, maka itu fatal. Termasuk
jika pelayanan baru diberikan kepada warga kecil ketika didampingi pengacara
atau pihak yang mengerti hukum, itu juga ironis," bebernya.
Hal senada juga banyak disampaikan para netizen di
kolom komentar platform facebook, saat berita terkait pelayanaan RSUD RAA
Soewondo Pati itu mencuat, Senin (30/9) lalu di fanpage Pati Headline. Seperti
diutarakan Sari Mekar yang mendapat pengalaman tidak mengenakkan saat menjadi
pasien di sana.
“Untuk pengalaman saya di RS Soewondo. Saya pasien yang
waktu itu kebetulan belum dapat ruangan. Nah paginya, saya kehabisan infus
karena yang nungguin saya (saat) itu balik (karena) ada hal mendadak. (Saat
itu) infus saya habis, jarum sudah keluar darah dan sudah bengkak. Ada dua orang
suster, pas lewat saya panggil, sus tolong sus infus saya habis. Susternya bilang,
buk panggil yang lain kami mau keluar. Saya Istighfar dalam hati, gimana coba
orang sakit disuruh panggil cari suster. Dengan terpaksa saya lambaikan tangan
panggil orag yang duduk agak jauh dari tempat saya. Kemudian orag itu panggil
suster (jaga) untuk gantikan infus saya,” tulisnya.
Sementara, akun dengan nama Ahmad Anzar Zaeni berharap,
agar Bupati Pati Haryanto mengambil langkah pasti terkait pelayanan di rumah sakit
itu, sehingga RSUD lebih baik lagi kedepannya.
Tulisnya, “Ngeniki bupati ditandai. Komen semene
akih e kok kurang puas karo pelayanane. Ben reti bupatine, akih endi puas karo
gak puase. Rumah sakit daerah ben maju. (Kalau seperti ini Bupati harusnya ditandai
biar tahu. Banyak sekali komentar yang kurang puas dengan pelayanan RSUD. Biar
Bupati tahu, banyak yang puas atau yang tidak. Biar rumah sakit daerah maju).” [Fadil]